Gamer, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) serta Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), secara resmi mengakui esports sebagai sebuah cabang olahraga prestasi di Indonesia. Penetapan ini merupakan hasil dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) KONI Pusat 2020 yang berlangsung secara virtual pada 25-27 Agustus 2020.
Dengan penetapan ini, berarti esports dapat ikut dipertandingkan pada kompetisi-kompetisi resmi tingkat nasional, seperti Pekan Olahraga Nasional (PON). Penetapan ini bisa jadi menjadi titik temu dari polemik keberadaan esports yang disandingkan dengan olahraga konvensional lain, seperti sepak bola, basket, dan lain sebagainya.
Pro dan Kontra
Ada yang pro, namun banyak pula yang kontra. Bagi sebagian besar masyarakat, olahraga identik dengan sebuah aktivitas fisik yang dilakukan secara intensif, ritmik, berkesinambungan, serta bertujuan untuk meningkatkan sistem kardiovaskuler, kekuatan otot, dan sistem koordinasi tubuh. Gampangnya, berolahraga itu identik dengan berkeringat. Kamu pun pasti akan berpikir seperti itu.
Tapi, jika ditelusuri lebih lanjut secara terbuka, ternyata gaming memang bisa dikategorikan sebagai salah satu cabang olahraga. Secara mudah, kamu bisa membandingkannya dengan olahraga catur yang hingga saat ini pun sudah dan tetap diakui sebagai salah satu cabang olahraga.
Lewat berbagai pertimbangan, esports sebagai olahraga juga disetujui oleh KONI secara resmi. "eSports layak menjadi sebuah cabang olahraga karena menggunakan tenaga manusia berupa kecepatan, ketangkasan, dan strategi seperti olahraga pada umumnya," jelas Ketua Harian Pengurus Besar Esports Indonesia (PB ESI), Bambang Sunarwibowo.
Selain itu, alasan lain yang membuat pemerintah secara resmi memasukkan esports dalam daftar olahraga prestasi adalah bahwa saat ini, esports sudah banyak dipertandingkan baik dalam event nasional atau pun internasional, termasuk di Asian Games 2018 dan SEA Games 2019. Alasan ini tentu
Perbandingan Esports dan Olahraga Lain
Agar lebih mudah dimengerti, yuk kita bandingkan antara esport dengan olahraga konvensional berdasarkan komponen-komponennnya. Secara garis besar ada tiga komponen utama dalam olahraga, yaitu Strategi, Kebugaran (fitness), dan Koordinasi tubuh.
1. Strategi
Olahraga konvensional: Hampir semua olahraga membutuhkan strategi, apalagi olahraga pertandingan dan olahraga tim. Bahkan, olahraga personal seperti joging ataupun renang pun membutuhkan strategi.
Esport: Semua game membutuhkan strategi. Bahkan beberapa game seperti League of Legends dan StarCraft termasuk mempunyai tingkat kesulitan tinggi sehingga membutuhkan kemampuan strategis yang bagus dari pemainnya. Menurut beberapa peneliti, game bahkan membutuhkan strategi lebih kompleks daripada catur.
2. Kebugaran
Olahraga konvensional: Tentu, kebugaran adalah kunci dari semua olahraga. Kebugaran berperan langsung pada stamina sehingga seorang atlet bisa melakukan gerakan olahraga secara benar dan tepat.
Esport: Memang, seorang atlet esport profesional tak harus mempunyai kebugaran sekelas Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi. Tapi, kebugaran fisik juga menjadi kunci dalam esport. Seorang atlet esport profesional dituntut untuk kuat duduk di depan komputer selama sekitar 14 jam sehari. Itu hanya bisa diperoleh dari makanan bernutrisi tinggi dan olahraga teratur, layaknya atlet olahraga konvensional.
3. Koordinasi tubuh
Olahraga konvensional: Kecepatan dan reaksi tubuh saat berolahraga dibutuhkan untuk memenangkan pertandingan. Koordinasi itu meliputi reaksi mata melihat obyek, ketepatan menghindar, dan kemampuan memetakan ruang. Itu hanya bisa diperoleh dari latihan secara teratur dan terus menerus. Sebagai contoh, untuk melakukan servis dengan kecepatan lebih dari 140 km/jam, seorang Serena Williams harus bereaksi kurang dari setengah detik.
Esport: Buat para gamers, koordinasi tubuh juga sangat penting. Mereka harus punya refleks dan kemampuan berpikir yang sangat cepat. Seorang gamer profesional dapat melakukan 300 aksi per menit, baik dalam kelompok maupun saat beraksi sendiri. Studi membuktikan kemampuan refleks seorang gamer lebih baik daripada orang kebanyakan.
Jadi, Pantaskah Digolongkan Sebagai Cabang Olahraga?
Michal Blicharz, seorang mantan atlet judo timnas Polandia, setuju esport digolongkan sebagai salah satu cabang olahraga. Menurutnya, olahraga tak bisa dinilai dari seberapa banyak keringat yang mengucur, tapi dari ketiga komponen olahraga di atas. Jika ketiga komponen tersebut sudah terpenuhi, maka suatu aktivitas dapat digolongkan sebagai olahraga.
Blicharz mengatakan bahwa esport membutuhkan ketahanan fisik yang hanya diperoleh dari latihan fisik secara teratur, di samping latihan game yang bisanya menghabiskan waktu sekitar 2 - 7 jam per hari.
Sam Mathews, mantan atlet esport yang kini menjadi pendiri Fnatic, mengatakan bahwa agar secara khusus bisa menembak target secara tepat, kita harus latihan berjam-jam tiap hari.
Latihan fisik bagi atlet esport dapat dilakukan dengan latihan kardiovaskuler, seperti joging, berenang, atau HIIT (High Intensity Interval Training). Selain itu, atlet esport juga harus mendapatkan asupan makanan bernutrisi tinggi.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemain atau atlet esports pun harus menjalankan pola latihan seperti atlet olahraga konvensional lainnya. Selain itu, mereka juga harus meluangkan waktu berjam-jam untuk berlatih game dan menentukan strategi tim.
Buat kamu yang ingin menekuni dunia ini, persiapkan diri dan mental sebaik mungkin. Berlatihlah dengan menggunakan peralatan gaming yang terjangkau seperti produk gaming Rexus agar latihanmu optimal.
Sudah mantapkah kamu jadi atlet esport?