Masih dalam suasana mendung karena kehilangan sosok penyanyi fenomenal, Mas Didi Kempot, Sang The Godfather of Brokenheart, hal paling sering saya lakukan saat ini adalah mendengarkan kembali lagu-lagunya, mulai dari lagu lawasnya Stasin Balapan, Banyu Langit, hingga yang terbaru dan jadi fenomenal di generasi milenial, Pamer Bojo (Cendol Dawet).
Artis yang bernama asli Dionisius Prasetyo atau sering dipanggil Didi ini mentahbiskan namanya menjadi Didi Kempot karena pernah menjadi anggota Kelompok Pengamen Trotoar yang disingkat Kempot.
Bukan rahasia lagi kalau adik dari Mamik Srimulat ini memulai karier menyanyinya dari menjadi pengamen di Jakarta. Lagi-lagi, itu disebabkan oleh terpaan kebutuhan. Maklum, orang tuanya hanyalah seorang seniman kecil di Solo dengan pendapatan tak menentu.
Lepas dari hidupnya yang penuh sengsara, Didi Kempot pun mengangkat tema ironi dan satir dalam semua lagu-lagunya yang setia pada genre campursari. Disebut campursari bukan saja karena mencampurkan syair berbahasa Indonesia dan Jawa dalam tiap liriknya, tapi juga mencampurkan ritme musik dangdut, tradisional Jawa, pop, dan kadang rock.
Detil Ritme Campuran
Ritme campuran itu ternyata membutuhkan peranti yang berkualitas untuk mendengarkannya secara maksimal. Karenanya, saya memilih untuk menggunakan headset Rexus S7 Pro. Pihak Rexus mengklaim ini adalah headset gaming, tetapi saya membuktikan bahwa headset ini juga tidak kalah nyaman digunakan untuk mencerna segala genre musik, termasuk campur sari ini.
Langsung dimulai dari kualitasnya saat digunakan untuk mendengarkan Cendol Dawet, S7 Pro dengan seimbang menyajikan sebuah pertujukan musik kelas maestro. Tidak ada satu frekuensi yang egois dan mendominasi dalam pendengaran. Semuanya terasa seimbang dan detil.
Dominasi suara ketipung yang menjadi penentu ritme Cendol Dawet pun terasa intonasinya secara imbang, ngga merusak detil suara serak syahdu dari Sang Godfather of Brokenheart. Suara vocal yang menjadi poin penting untuk mengaduk-aduk emosi pendengar, terdengar jelas seakan berada dari kiri dan kanan khas speaker stereo dengan dynamic driver.
Dengan suara vocal yang tetap terjaga di S7 Pro, lirik sedih yang selalu diobral Didi Kempot bakal menyusup hingga ke tulang dan membuat merinding orang yang mendengarkannya. Maknanya pun langsung timbul di benak bahwa hidup adalah sebuah keironisan besar yang harus dimaknai dengan tawa.
Di setiap lagu Didi Kempot, aksen biola adalah komponen yang tak mungkin dilupakan. Tarikan volin sopran tersebut tak pernah mengganggu ritme keseluruhan lagu. Tak pula memakan lirik yang jadi senjata utama penyanyi yang memulai karier suksesnya di Suriname ini. Tarikan-tarikan busur biola dengan ritme panjang dapat tersajikan oleh S7 Pro dengan bersih. Hasilnya langsung bisa dirasakan, sayatan itu langsung mengiris hati, bukan sekedar di gendang telinga.
Headset Pakar dengan Harga Ambyar
Sambil beralih ke trek Banyu Langit sebagai trek ke berapa puluh dari semua koleksi Didi Kempot yagn saya simpan, mari kita bahas sekilas headset Rexus Bluetooth Headset S7 Pro ini. Jika dikatakan dalam deskripsinya bahwa headset ini adalah sebuah karya seni yang menyajikan karya teknologi, itu tidak berlebihan, ternyata.
Headset ini memang jadi perpaduan apik antara model yang headset elegan, permukaan protein leather, driver berkualitas, dan dengan  teknologi konektivitas Bluetooth terbaru versi 5.0. Biar makin jelas, yuk kita bahas satu per satu. Sekali lagi, review ini bersifat personal ya… Jadi, mungkin ada yang berbeda kesan, itu lumrah.
Desain dan Material
Sebenarnya, saya kurang peduli soal desain karena saya bukan Ivan Gunawan atau Anne Avantie. Tapi, berbicara mengenai headset yang kini menjadi sebuah bagian dari gaya hidup, kita memang ngga bisa lepas dari unsur bleger, bentuk, form, yang indah.
Rexus S7 Pro tampil memang sedikit berbeda dari headset setipe. Ciri khasnya terdapat pada bando yang dibuat dengan desain yang sangat simple namun fungsional. Bando dilapisi dengan Pleather atau protein leather yang dengan warna yang elegan.
Pleather ini sendiri merupakan sebuah campuran antara polyutherane dengan ekstrak protein yang diperoleh dari hewan. Hasilnya, terciptalah sebuah material kulit sintentis yang sangat lembut, dengan kontur menyerupai kulit asli – bahkan lebih lembut, tetapi dengan perawatan yang minimal.
Rexus S7 Pro memiliki dua dome speaker yang dapat diputar 180 derajat sehingga dapat bergerak menyesuaikan dengan dengan posisi kepala dan memudahkan saat disimpan. Batang bandonya juga dapat ditarik sesuai dengan ukuran kepala. Buat yang besar kepala, sepertinya perlu mencoba headset ini.
Untuk warna, saya pilih yang hitam. Ada pilihan berwarna mocca, tapi kayaknya tidak cocok dengan muka saya yang cemong. Sekalian cemong, pakai hitam sajalah. Toh, Mas Didi Kempot walau sedikit – nuwun sewu ya, Mas – gelap, tapi tetap punya karisma.
Earcup dan Jeroannya
Beralih makin intim ke dalam. Semburan lagu Stasiun Balapan terasa mendayu dan merasuk itu tak lepas dari kualitas earcup dan jeroan headset ini. Earcup S7 Pro bertipe over-ear. Artinya, melingkupi seluruh telinga. Kalau dihitung diameternya, ada sekitar 10 sentimeter.
Seluruh bagian earcup itu dilapisi dengan bahan yang sama dengan bandonya, pleather. Membuat nyaman di telinga, meski saya mendengarkan satu album perdana Didi Kempot yang berjudul We Cen Yu. Itu bukan kumpulan lagu Mandarin ya, tapi memang judulnya merupakan singkatan dari koWE panCEN aYU (Kamu memang cantik).
Di balik lapisan yang lembut itu, terdapat busa dengan teknologi memory foam. Busa yang ternyata merupakan teknologi badan antariksa AS, NASA, ini memang berfungsi ganda. Selain membuat tekanan pada daerah sekitar telinga tidak begitu menekan, juga membuat suara dari luar tidak mengganggu sampai ke dalam sehingga suara serak Sang Maestro pun terdengar nyata.
Sampai juga ke dapurnya. Saya membaca dari spesifikasi headset ini dan menemukan keterangan bahwa driver headset ini menggunakan driver berdiameter 40 milimeter. Diameter ini memang sering dipakai di headset mobile, bukan headset gaming yang lebih sering menanamkan driver berukuran 50mm. Dari dugaan saya – ini baru dugaan ya – headset ini menggunakan magnet neodymium yang terkenal kualitasnya. Tapi, sekali lagi, ini baru asumsi saya ya. Masih eman-eman kalau saya bongkar headset saya ini sekarang.
Driver ini diklaim mempunyai sensitivitas frekuensi 20 – 15.000Hz. Sepertinya klaim itu masuk akal. Toh, bas yang keluar dari headset ini tidak terlalu dalam meski hantamannya pas. Untuk mendapatkan desakan bas yang dalam, tentu rentang frekuensinya harus sekitar 18Hz atau di bawahnya. Untuk suara tingginya juga saya kira pas segitu. Kalau terlalu tinggi juga tidak guna karena kuping kita tidak bisa menangkap ultrasonik seperti layaknya gukguk atau kelelawar.
Koneksi
Ini yang ngga kalah penting buat sebuah headset mobile. Koneksi S7 Pro ini dual. Artinya, dia menggunakan dua sistem koneksi sekaligus, yaitu kabel dan nirkabel. Kabel AUX nya terdapat dalam kemasan pembelian. Terus terang, selama ini saya lebih suka menggunakan jenis koneksi kabel karena lebih stabil dan memang saya tidak terlalu pecicilan sehingga tidak butuh headset yang terlalu bebas melayang di kepala.
Koneksi kedua adalah nirkabel. Di sini, S7 Pro mengandalkan si gigi biru versi 5.0. Dari beberapa referensi, Bluetooth versi ini memang terkenal hemat dalam minum daya sehingga baterai headset yang hanya berkapasitas sekitar 300mAh ini masih bisa bernapas hingga sekitar 15 jam pemakaian. Tapi, sekali lagi, saya masih terlalu setia dengan kabel ya.
Kesimpulan
Saya tidak mau menyimpulkan karena ini bukan skripsi ataupun tesis. Saya hanya mau bernostalgia dengan lagu-lagu The Godfather of Brokenhearts. Meski koleksi lagu saya tak selengkap 800 karya beliau, tapi cukuplah alunan Cendol Dawet tetap terngiang.
Tapi, sekiranya tiga unsur di atas mewakili pandangan saya mengenai Rexus S7 Pro yang membuat kenangan saya akan Mas Didi Kempot terasa indah. Lirik yang sederhana, musik yang orisinil, suara yang khas, dan tema ironi percintaan tetaplah milik Didi Kempot.
—–
Catatan:Â Tulsan ini tidak sekedar mereview produk headset. Tetapi, merupakan salah satu media penghormatan penulis bagi pencetus Sobat Ambyar. Sugeng tindak, Mas Didi Prasetyo.