Gamers, pernahkah mendengar istilah “eargasm”? Istilah slang tersebut sering digunakan untuk melukiskan suatu kondisi saat seseorang merasa sangat puas karena indera pendengarannya memeroleh sensasi yang sangat menyenangkan.
Kami tidak tahu apakah pernyataan kami ini berlebihan atau tidak, tapi tampaknya kami juga merasakan sensasi “eargasm” saat mencoba produk headset Rexus Thundervox F35. Produk ini memang bukan produk unggulan dari merek produk gaming asli Indonesia itu.
Bahkan, sejauh pengamatan kami, produk ini kalah populer dibandingkan produk serumpunnya, Rexus Thundervox HX2, yang sudah digadang-gadang berfitur virtual 7.1. Tapi, kualitasnya dapat diadu dengan produk-produk lainnya.
Hadir hanya dengan satu pilihan warna, yaitu hitam, Thundervox F35 tampak tak semewah headset lainnya. Bentuknya simple dan memberikan aksen headset yang ortodok. Dome headset berbentuk bulat dengan sistem melingkupi seluruh telinga (over ear), penyangga kepala polos, dan tombol pengaturan volume masih dengan cara diputar jadi representasi begitu konservatifnya pelantang suara ini.
Model konvesional itu tentu membuat F35 justru lebih “nonjol” saat disandingkan dengan beberapa headset masa kini yang bentuknya futuristik dan didominasi dengan spasial heksagonal yang bentuk bersudut-sudut. Bandingkan saja dengan bentuk headset terbaru keluaran R**zer atau Strix punya A*us, yang membuat kamu seperti masuk dalam dunia robotik.
Bentuk Konvensional, Fungsi Maksimal
Meski tampil sederhana, headset Rexus F35 ini mengusung aspek fungsionalitas yang tinggi. Salah satunya tampak dengan dengan penggunaan bando atau headband sebagai sebagai pendukung penyangga telinga.
Saat di mana banyak headset melupakan fungsi headband, dengan tampil hanya mengandalkan penyangga telinga yang diberi bantalan busa agar nyaman saat dikenakan di atas kepala, F35 tetap mempertahankan penggunaan headband.
Apa keuntungannya? Jelas, headband tersebut akan mengikuti bentuk kepala tiap orang yang berbeda-beda bentuk dan ukurannya. Alhasil, tentu saja model ini menjadi sangat nyaman digunakan, terutama dalam penggunaan jangka panjang. Selain itu, model ini membuat dome speaker dapat secara sempurna melingkupi telinga sehingga secara tidak langsung menjadi passive noise reduction feature.
Bas Menggelegar, Detil Tak Pudar
Kami takkan mengeluarkan hasil review tanpa mencobanya mendengarkan suaranya. Supaya lebih afdol dan fair, kami pun mencoba headset ini dalam dua fungsi, yaitu dalam mode audio dan mode game.
Dalam mode audio, kami memilih menggunakannya untuk mendengarkan musik bergenre EDM yang menyemburkan bas dengan beat yang cepat namun dituntut untuk tetap bisa mengeluarkan frekuensi suara dan treble secara bersamaan.
Lagu terbaru “Unlock” milik Charlie XCX pun kami putar. Kualitasnya pun sebatas MP3, bukan FLAC. Hasilnya? Suara bas yang disemburkan terdengar menggelegar dan dalam. Suara bas tersebut tidak menutup keluaran frekuensi lainnya. Beberapa suara perkusi bernada tinggi tetap terdengar sempurna.
Selain itu, suara bas jadi terasa sensasional karena tambahan fitur vibrasi yang membantu tendangan bas makin terasa ke telinga. Untuk mengaktifkannya, silahkan memencet tombol kecil di dekat corong mikrofon. Tempatnya agak aneh sih, karena banyak orang mengira tombol itu untuk mengaktifkan mikrofon.
Masih kurang yakin dengan kemampuan bas-nya? Kami pun mencobanya dengan aplikasi Ultimate Headphone Test yang diunggah oleh HiHAKER di laman Youtube-nya. Hasilnya, headset ini mencapai suara bas di angka sekitar 15 -16Hz. Angka ini tentu melebihi jangkauan kebanyakan headset yang rata-rata hanya mampu berkutat di frekuensi rendah sekitar 20Hz.
Cuitan Burung di CSGO Tetap Terdengar
Setelah mencoba dengan mode audio, kami pun mencobanya dalam mode game, sesuai takdirnya sebagai headset game. Gim yang kami pilih adalah CS:GO. Game tersebut menyajikan beragam suara yang membutuhkan perangkat dengar yang mumpuni untuk dapat memproduksinya secara sempurna.
Bagaimana hasilnya? Jika dinilai dalam skala 1 – 10, kami tak ragu memberi angka 8. Derap langkah dan kokangan senjata tentu masih mudah diakses oleh kebanyakan headset.
Tapi, bagaimana dengan cuitan burung, gonggongan anjing, ataupun ringkikan kuda yang ada saat kita mulai masuk ke dalam kota dalam sebuah suasana city war?
Ternyata, F35 masih mampu menyajikan suara-suara lirih itu untuk Anda. Suasana city war pun terasa makin realistis dan mencekam.
Sebagai headset game, selain kualitas driver speaker, kualitas mikrofon pun harus tetap diperhitungkan. Sayang seribu sayang, F35 hanya dilengkapi mikrofon kecil yang ada di samping pipi kiri. Meski mengklaim menggunakan fitur multi–directional microphone, suara yang masuk ke mikrofon kurang fokus.
Dengan fitur multi-directonal tersebut, suara yang masuk ke mikrofon jadi makin banyak. Akibatnya, saat digunakan untuk bermain dalam suasana gim yang ramai atau sebuah turnamen offline, pemain jadi agak kesulitan untuk mendengar suara dari rekan satu tim. Tapi, jika turnamen diadakan secara online, kami yakin pemain takkan kesulitan berkomunikasi.
Daya Keluaran Besar
Dengan driver berdiameter 50mm dengan impedansi 32?, F35 mempunyai potensi untuk dimaksimalkan power output-nya. Besarnya diameter driver itu, semakin besar membran yang bisa digerakkan oleh kumparan dan magnet di dalamnya sehingga suara yang keluar bisa penuh daya.
Power besar memang tidak serta merta menentukan kualitas suara. Tapi, dalam headset ini, kualitas suara yang mumpuni dan ditambah dengan daya keluaran suara yang besar, maka akan menghadirkan pengalaman mendengarkan yang sensasional.
Dibanderol seharga Rp250.000,- , kami rasa itu harga yang sesuai dengan “eargasm” yang bakal Anda rasakan. Dan, yang lebih penting, kami yakin bahwa gamer professional takkan ragu untuk mengunakan headset ini saat turnamen…
Dengan catatan, gamer professional itu mengedepankan kualitas ya, bukan sekedar adu gengsi dan penampilan luar. Pernyataan itu bukannya tanpa dasar. Terbukti, salah satu tim juara 1 Nasional Turnamen League of Legends, memilih menggunakan produk ini dibandingkan produk yang lain.
Jadi, apakah headset pilihanmu?