Review Earphone Double Driver Rexus EZ1, Detilnya Sampai ke Hati

Gamer, ada yang menarik nih dari salah satu earphone besutan Rexus yang dinamakan Rexus EZ1. Salah satu yang menarik saya untuk mencobanya adalah fitur double driver yang menjadi salah satu unggulan earphone ini. Seperti kita tahu, dengan menggunakan dua driver di masing-masing earphone-nya, tentu kanalisasi suara akan lebih jelas. Suara dengan frekuensi atas dan frekuensi bawah akan tersembur dari masing-masing drivernya.

Point selling itu efektif banget buat menarik perhatian para pecinta musik dan game loh – setidaknya buat saya, pecinta musik bangkotan dengan bujet pas-pasan. Bagi saya, fitur dual driver itu mampu mengalahkan keengganan awal saya terhadap earphone ini karena memang bentuknya agak kurang sedap di mata.

Tapi, seperti pepatah tua, tak elok menilai sesuatu hanya dari kulitnya, tak adil juga jika kita memberikan penilaian pada earphone ini tanpa mencobanya terlebih dulu. Karena tentu saja sebuah earphone itu bernilai saat menempel di telinga, bukan karena diletakkan di depan mata.

Bentuknya Seperti Hearing Aid

Tidak seperti earphone pada kebanyakan yang mempunyai dome speaker dinamis yang nyaman dipandang mata, Rexus EZ1 tampil dengan desain yang agak lucu. Betuknya semi oval tidak beraturan pada dome speaker bagian dalamnya sehingga sekilas kita mempertanyakan, earphone kok gitu amat. Terlihat produsen mengadopsi desain earphone ini dari hearing aid atau alat bantu dengar untuk saudara-saudara yang kesulitan pendengaran.

Dalam teks marketingnya, memang disebutkan bahwa earphone ini mempunyai desain revolusioner untuk memberi kenyamanan pemakaian yang maksimal. Dan, ternyata memang seperti itulah adanya. Desain earphone ini ternyata lebih fungsional dari yang terlihat.

Pertama, lekukan atau kurva pada bagian dalam dome speaker earphone tersebut ternyata disesuikan dengan lekukan rongga telinga kita bagian luar sebelum masuk ke dalam lubang telinga. Rongga telinga berbentuk seperti huruf D tersebut memang mempunyai cekungan yang tidak beraturan.

Nah, Rexus EZ1 menyesuaikan dome speaker-nya dengan rongga itu untuk mendapatkan chamber atau ruang resonansi yang berguna memproduksi suara dari dua drivernya yang tentu butuh tempat lebih luar dari mono driver. Suara yang dihasilkan dari ruang itupun kemudian baru disemburkan dengan menggunakan earbud ke dalam pipa lubang telinga yang mengarah ke gendang telinga. Dalam ruang antara tersebut, suara akan teresonansi kembali secara alami sebelum sinyal suara mengenai rambut getar dan gendang telinga.

Kedua, perlu dipahami bahwa earphone ini digunakan dengan kabel yang melekung ke atas, tidak seperti earphone kebanyakan yang kabelnya langsung menjuntai ke bawah. Bagi yang tidak terbiasa cara ini mungkin merasa agak janggal. Tetapi, jika sudah terbiasa, ternyata cara penggunaan seperti ini justru lebih nyaman loh.

Earphone jadi terpasang lebih rapat dan lubang telinga tidak mudah terasa pegal akibat digantungi kabel. Sekarang, berat kabel yang terjuntai dibebankan di pangkal daun telinga yang notebene lebih kuat. Layaknya memakai tangkai kacamata. Makin nyaman karena Rexus EZ1 menambahkan sepasang earhook yang bisa digunakan untuk mencantolkan earphone.

Coba Kualitas Suaranya

Setelah membahas desain revolusioner dari earphone ini, saatnya saya mencoba fungsi inti dari sebuah dari earphone, yaitu kualitasnya. Sebelumnya, pastikan kita memilih dulu earbud yang pas buat lubang telinga kita masing-masing. Selain tidak nyaman, ukuran earbud yang tidak pas juga akan membuat suara yang disemburkan “bocor” dan tak maksimal. Terdapat dua pilihan ukuran earbud silikon yang disertakan pada kemasan earphone ini.

Setelah memasukkan earphone secara tepat, saya memilih untuk memutar “Closer”-nya Chainsmoker. Sayangnya, saya hanya mempunyai dalam format MP3 standar. Tapi, tak apalah, cukup untuk mengenal kualitas driver earphone ini. Dengan catatan, earphone ini saya gunakan dalam keadaan baru ya, belum mengalami proses burning out.

Meski banyak orang mengatakan bahwa proses burning out sekarang tak signifikan lagi, tapi buat saya proses ini tetap penting karena semua driver yang menggunakan dynamic driver butuh melemaskan dulu membran biofilm-nya saat digunakan untuk bergetar.

“Closer” pun menyala dan langsung dentuman bass dengan ritme stakato yang nyaman. Bas-nya tidak mendominasi, namun tetap menjadi beat yang mewarnai seluruh lagu ini. Soal kedetilan, saya mendapatkan sensasi yang lumayan menggoda dari suara serak basah Halsey. Langsung terbayang seksinya vokalis bertato ini…

Lupakan Halsey, saya mengajak earphone ini untuk memutar lagu jadul “Yogyakarta” versi Klakustik yang diproduksi pada 1995. Lagu ini menggunakan format Free Lossless Audi Codec (FLAC) yang tentu saja mempunyai kedetilan yang lebih daripada MP3 atau format standar lain. Saat diputar, detail suara ketukan ritmik instrument musik lagu ini terdengar detil mengisi sepanjang lagu, tanpa mendominasi suara lain.

Saat masuk suara Mas Katon Bagaskara yang syahdu terdengar jelas hingga tarikan nafasnya masih terdeteksi. Tak ubahnya intro gitar dari Mas Lilo yang identik dengan petikannya yang khas terdengar jelas, mengiringi denting piano Mas Adi Adrian yang makin memaniskan langgam akustik lagu ini. Puas! 

Suara yang Seimbang

Dari dua lagu itu saja, Rexus EZ1 dapat dikategorikan sebagai salah satu earphone dual driver yang mampu memproduksi suara yang seimbang untuk masing-masing frekuensi. Tidak begitu terasa ada frekuensi yang saling bertumpuk.

Bagaimana kualitas basnya? Suara rendahnya memang tidak begitu “ndlosor” alias dalam. Masih ada sedikit suara yang mengambang saat berada di frekuensi rendah sehingga tidak begitu menggedor gendang telinga. Tapi, saya bisa memakluminya dengan cepat karena earphone ini memang diperuntukkan untuk masuk dalam rentang frekuensi rata-rata 20 – 20.000kHz.

Lebih dari itu hantaman bas yang tak terlalu menggelegar juga justru menguntungkan buat pengguna earphone ini yang suka bermain game. Suara bas yang terlalu intens dan dalam justru mengagetkan dan mengganggu permainan secara keseluruhan.

Bagaimana suara tingginya? Tak menyakitkan. Itu kesan pertama yang saya tangkap. Ada beberapa earphone yang karena terlalu peka justru menyemburkan suara tinggi yang kadang menyakitkan buat gendang telinga tua saya.

Untuk suara tengah alias midrange yang kebanyakan didominasi suara vokal, saya beri deksripsi dengan memutar “Symphony”-nya Clean Bandit. Setelah mengakses lagu itu, terdengar dari earphone ini bahwa suara tinggi Zara Larsson tetap semanis penyanyinya, tidak memekakkan telinga. Artinya, untuk suara tengah, earphone ini dapat digolongkan sebagai bagian dari jajaran jenis earphone dengan karakteristik suara yang clear dan bright. 

Apa Kesimpulannya?

Sekali lagi, saya selalu tidak ingin memberi kesimpulan untuk sebuah pengalaman pendengaran. Bagi saya, pengalaman adalah sebuah fenomena, bukan nomena. Artinya, sudah melalui persepsi dari tiap person yang mengalaminya. Karenanya, saya akan memberi penilaian pribadi, bukan kesimpulan.

Saya bisa menilai bahwa earphone Rexus EZ1 ini enak dan nyaman buat digunakan karena detil suaranya bisa diandalkan. Desainnya yang “menjiplak” hearing aid yang membuatnya nyaman dan fungsional patut diapresiasi karena pada dasarnya, earphone jenis apapun adalah alat bantu dengar, bukan?

Untuk penggemar bas atau "bass head", earphone ini mungkin kurang nendang. Tapi, buat para pecinta musik akustik atau rock yang banyak mengakses tarikan gitar dan string, seperti dalam Panah Takdir - Andra & The Backbone, earphone ini bisa dijadikan salah satu komponen dalam bucket list setelah gajian.

Buat yang gajinya dipotong karena pandemi, jangan ciut hati karena earphone ini masih bisa kalian tebus dengan mengorek sisa uang makan kok. Dengan harga di bawah 150 ribu, earphone ini memang pantas dijadikan salah satu koleksi.

Dengan harga segitu, sangat beralasan untuk mendapatkan earphone dengan dua driver yang sudah dilengkapi dengan kabel yang dilapisi dengan TPE (thermoplastic elastomer) ini. TPE adalah material pelindung kabel yang diklaim lebih kuat dan tahan lama daripada kebanyakan kabel earphone berjaket PVC.

Buat adik-adik yang sedang menjalankan sekolah daring selama pandemi ini, saya merasa earphone ini cukup terjangkau ya untuk digunakan mendengarkan mata pelajaran yang diajarkan guru. Detil suara bapak atau ibu guru pasti bakal sejernih suara Bon Jovi atau Izzy Bizu. Selamat mendengarkan… (Sambil memutar kembali Somenone That Loves You – Honne)

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Please note, comments must be approved before they are published