Gamers, sejak penembakan brutal yang terjadi pada 14 Februari 2018 lalu di Marjory Stoneman High School, Florida, AS, yang menewaskan 17 siswa sekolah tersebut, pemerintah Amerika mulai melakukan beberapa langkah penanggulangan. Selain memperketat pengamananan sekolah, pemerintah Donald Trump mempunyai wacana untuk melarang peredaran game yang bernuansa kekerasan, seperti CS:GO ataupun Grand Theft Auto.
Dilansir dari theguardian.com, Trump sudah mengampanyekan hal ini sejak kejadian penembakan brutal tersebut berlangsung. Wacananya ini sudah mendapat dukungan dari beberapa anggota dari fraksi Republik. Salah satunya adalah Matt Bevin, gubernur negara bagian Kentucky.
Wacana presiden Amerika ini tentu menimbulkan pro dan kontra. Pihak yang setuju juga muncul dari Wayne LaPierre, kepala National Rifle Association (NRA). Seperti ungkapan yang pernah dilontarkannya pada 2012 sesaat setelah penembakan Sandy Hook, video game bernuansa kekerasan seperti Bulletstorm, Grand Theft Auto, Mortal Kombat, dan Splatterhouse merupakan beberapa game yang sangat memengaruhi perilaku kejam dan brutal.
Alasan pemblokiran video game sebagai bagian dari antisipasi penembakan brutal di sekolah juga pernah diwacanakan pada 1999. Waktu itu, juga terjadi penembakan brutal di sekolah Columbine 1999. Pelaku penembakan saat itu adalah Eric Harris dan Dylan Klebold, keduanya merupakan pemain game tembak-tembakan yang berjudul “Doom”
Di sisi lain, pihak yang tidak setuju juga bermunculan dari berbagai kalangan. Salah satunya dari kritikus game terkenal, Katherine Cross. Menurutnya, pendapat Trump dengan menyalahkan kekerasan hanya pada pengaruh game adalah tidak beralasan.
Keberatan Cross berdasarkan pada fakta bahwa di Amerika, ijin kepemilikan senjata api begitu longgar. Saat ini, tercatat lebih dari 42% warga sipil Amerika memiliki senjata api. Ingat ya, warga sipil, bukan tentara ataupun polisi.
Dengan jumlah sebesar itu, peredaran senjata api di tengah warga sangatlah banyak. Bahkan, data menunjukkan bahwa kepemilikan senjata api bagi warga Amerika jauh lebih mudah dibandingkan ijin memiliki Surat Ijin Mengemudi atau bahkan memiliki kendaraan bermotor! Dengan fakta seperti itu, Cross mengatakan bahwa terlalu dini untuk melimpahkan kesalahan tragedi penembakan di sekolah-sekolah kepada industri video game.
Pendapat yang senada dengan Cross juga dilontarkan oleh Dan Hewitt dari The Entertainment Software Association, perusahaan yang menaungi Ubisoft, Nintendo, EA, dan Activision. Menurutnya, video game itu bersifat netral. Artinya, tindakan yang muncul pada orang yang gemar memainkan video game dipengaruhi oleh banyak faktor, bukan hanya video game.
Selain itu, Hewitt juga mempertanyakan, “Saat ini, video game dimainkan oleh hampir semua penduduk dunia, tetapi kenapa maraknya penembakan di sekolah-sekolah hanya terjadi di Amerika?” Nah, loh...
Meski wacananya menimbulkan polemik, Donald Trump tetap melanjutkan wacana tersebut dengan mengumpulkan para produsen game pada Kamis, 8 Maret 2018 lalu. Saat ini, keputusan sedang digodok oleh pemerintah Amerika dan akan disosialisasikan dalam waktu dekat ini. Jika memang wacana Donald Trump itu akhirnya terealisasi, maka beberapa game yang bernuansa kekerasan bakal akan sulit diakses.
Kamu setuju atau tidak dengan keputusan Orang Nomor Satu Amerika itu?