Headset Bluetooth VS Headset RF. Mana yang Lebih Cocok Buat Kamu?

Gamer, kalian pasti sudah biasa mendengar headset dengan teknologi Bluetooth. Atau, bahkan mungkin saat ini kalian sedang menggunakannya. Tetapi, apakah kalian sudah akrab dengan headset nirkabel dengan teknologi RF atau frekuensi radio?

Yang kedua tersebut mungkin masih belum terlalu banyak dikenal khalayak. Wajar sih, itu karena kebanyakan teknologi RF di peralatan gaming digunakan sebagai konektor mouse ataupun keyboard nirkabel.

Tentu saja penggunaan teknologi RF pada headset tersebut mempunyai tujuan tertentu. Salah satu tujuan utamanya adalah meminimalisir adanya latensi atau lag atau delay sinyal antara headset dengan peranti induknya. Seperti kita ketahui bersama, teknologi "gigi biru" asal daratan Skandinavia tersebut masih punya pekerjaan rumah besar untuk mengatasi latensi sinyal yang trayek di bandwith-nya. Karenanya, teknologi RF untuk headset layak untuk digunakan sebagai solusi permasalahan akut tersebut.

Foto: Headset Bluetooth Rexus BT6

Yuk, Bandingkan Kemampuan Bluetooth dan RF

Kedua teknologi koneksi tersebut memang lazim digunakan sebagai penghubung nirkabel dengan daya jangkau pendek, dengan memanfaatkan gelombang frekuensi tanpa lisensi 2,4 GHz yang memang diperuntukkan untuk penggunaan industrial.

Koneksi wireless frekuensi radio lebih dulu lahir dan digunakan di berbagai perangkat elektronik tanpa kabel. Baru pada 1999, teknologi yang sama dengan menggunakan logo dari nama seorang raja Denmark, Harald Blatand, lahir dan makin dikenal dengan nama “Bluetooth”.

Kehadiran Bluetooth membuat teknologi wireless frekuensi radio kurang popular. Meski demikian, teknologi ini tetap dipakai karena dari segi kecepatan , teknologi ini memberikan kecepatan yang lebih cepat dibandingkan Bluetooth. Itulah kenapa peralatan gaming yang membutuhkan protocol yang lebih stabil dan cepat cenderung memilih menggunakan teknologi frekuensi radio.

Dalam menggunakan frekuensi radio, perangkat harus dilengkapi dengan dongle receiver berbentuk USB sebagai penerima sinyal. Dongle itu harus dikoneksikan dengan device atau perangkat induk agar alat yang dikoneksikan bisa tersambung. Kendalanya, tidak semua perangkat atau device mempunyai port atau colokan USB. Nah, di sinilah, Bluetooth dinilai lebih praktis karena hampir semua gawai mutakhir dilengkapi dengan fitur koneksi Bluetooth.

Radio Bluetooth
Jangkauan Bisa lebih dari 30 meter (dengan teknologi DETC) Sekitar 10 meter
Kecepatan transfer data Hingga 11 Mbps Hingga 2Mbps
Aplikasi Menggunakan USB receiver Fitur Bluetooth built in
Penggunaan untuk peralatan gaming Mouse, keyboard, gamepad Headset, speaker portable

 

Soal kecepatan, RF memang memberikan kecepatan yang lebih cepat dan lebih luas jangkauannya dibandingkan Bluetooth. Tetapi, kita juga tidak bisa melepaskan begitu saja faktor kompatibilitas dan kepraktisan.

Meski di atas kertas, Bluetooth harus mengakui keunggulan perangkat berbasis RF, namun soal kepraktisan dan kompatibilitas dengan makin banyak perangkat lain, Bluetooth jauh lebih unggul. Bluetooth dapat dikoneksikan dengan beragam gawai yang mendukung teknologi konektivitas yang sama secara mudah.

Foto: Headset wireless DAXA TS1

Headset DAXA TS1, Headset Berteknologi RF Minim Latensi

Dari perbandingan di atas, dapat diketahui secara gamblang bahwa kelebihan teknologi RF adalah soal kecepatan transfer, jangkauan, dan kapasitas data yang bisa bersliweran di frekuensi radio. Dengan alasan itu pula, headset DAXA TS1 dengan percaya diri membenamkan teknologi tersebut di dalamnya.

Penggunaan teknologi RF pada headset DAXA TS1 membuat headset ini berhak mengklaim diri jika mempunyai latensi hanya di kisaran 40ms. Itu sama saja bahwa headset ini bisa digolongkan nirlatensi alias tanpa latensi.

Kenapa kok bisa digolongkan nirlatensi? Ya, semua konektivitas dari sumber suara ke telinga pendengaran mempunyai latensi. Bahkan, konektivitas kabel pun mempunyai latensi. Tidak ada yang benar-benar realtime karena sinyal suara membutuhkan waktu tempuh perjalanan untuk sampai di telinga.

Nah, telinga kita baru bisa mendengarkan adanya latensi di kisaran 100ms. Kurang dari itu, telinga masih belum bisa membedakan apakah terjadi jeda atau tidak. Itulah mengapa nilai latensi headset DAXA TS1 sebesar 40ms bisa dikatakan nirlatensi.

Kemampuan nirlatensi headset ini hanyalah salah satu dari beragam fitur menarik pelantang suara besutan Rexus ini. Ada fitur dual connection karena headset ini juga dilengkapi dengan kabel untuk pilihan konektivitas alternatif.

Headset ini juga dilengkapi dengan equalizer dengan pilihan 3 mode (HiFi, Bass, dan 3D) dan tentu saja, driver berkualitas buat menyajikan suara yang nendang namun seimbang buat kedua telinga kalian.

Untuk moda konektivitasnya, sebuah dongle receiver berukuran sedang tersedia. Tidak repot kok sebenarnya mengoneksikannya dengan perangkat lain.

Tinggal dicolokkan pada port USB type A yang ada di perangkat. Buat yang portnya bukan type A, bisa kita tambahkan converter USB OTG dan headset akan tersambung secara otomatis. Ngga repot sama sekali.

Kesimpulan: Mana yang Mau Kalian Pilih?

Dari perbandingan dan deskripsi headset nirkabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa tiap teknologi mempunyai keunggulan masing-masing. Headset dengan teknologi Bluetooth tentu lebih praktis dan mudah dibawa kemana-mana karena daya kompatibilitas yang tinggi.

Sedangkan headset dengan teknologi RF memang terasa lebih "terikat" pada satu device, tetapi mempunyai kapasitas transfer data yang lebih cepat dan besar. Jika headset DAXA TS1 menggunakan teknologi tersebut, hal itu cukup beralasan karena headset gaming ini ditujukan untuk penggunaan di PC atau laptop, meski tetap bisa jika digunakan di tablet ataupun ponsel pintar.

Rexus mempunyai beragam lini produk headset, baik yang menggunakan Bluetooth, seperti headset Rexus BT6 Pro. Selain itu. merek ini juga mempunyai lini produk DAXA dengan headset wireless TS1-nya yang berteknologi RF.

Mau pilih yang mana, tinggal kita sesuaikan dengan kebutuhan kita. Buat main game di PC, sepertinya headset dengan teknologi RF cocok digunakan.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Please note, comments must be approved before they are published