Gamer, salah satu bentuk keikutsertaan kita untuk melawan penyebaran virus Corona saat pandemi Covid-19 adalah dengan tidak mudik atau pulang kampung. Bagi masyarakat Indonesia, mudik saat hari Raya Idul Fitri adalah salah satu tradisi yang sudah ada selama puluhan tahun. Bertahun-tahun, semua orang mengumpulkan biaya untuk mudik, tidak hanya terbatas kaum Muslim yang merayakan lebaran.
Tahun ini, keadaan berbeda. Wabah Covid-19 membuat kita harus menahan diri untuk tidak melakukan tradisi tersebut. Bahkan, pemerintah secara tegas melarang warganya untuk mudik. Pun beberapa daerah tujuan mudik juga berinisiatif menolak arus kedatangan pemudik. Ada yang dengan memblokir jalan, hingga ada ancaman yang lebih serius, yaitu dengan mengkarantina pendatang di sebuah tempat yang dihuni oleh pasien Covid-19. Syerem…
Tujuan utama untuk tidak mudik tentu adalah menghidari penyebaran virus yang diakui mempunyai tingkat penyebaran yang sangat cepat. Tapi, memang ada tujuan lain yang tak kalah penting, terutama buat kalian para gamer. Mau tahu apa saja itu?
1. Jangan jadi pembawa maut buat keluarga
Gamer kebanyakan adalah golongan muda yang secara biologis masih mempunyai kekebalan tubuh yang tinggi dan relatif belum banyak yang menderita penyakit degeneratif, seperti darah tinggi, jantung, ataupun diabetes.
Tapi, meskipun kamu merasa sehat dan tak mengalami gejala penyakit apa pun, belum tentu kamu tidak terpapar virus corona. Justru orang tanpa gejala (OTG) seperti kalian ini yang berperan sebagai pembawa penyakti (carrier) dan berpotensi tinggi menularkannya kepada orang lain.
Jika kamu ternyata menderita Covid-19 walau tak bergejala dan tetap mudik ke kampung, kemudian bersilaturahmi dengan para sanak saudara yang sudah sepuh, maka itu sama saja kalian membawa maut ke hadapan mereka. Mereka yang berusia 50 atau 60 tahun ke atas adalah golongan yang sangat rentan dengan akibat fatal paparan virus ini.
2. Sulitnya physical distancing saat mudik
Okelah. Jika kamu tetap memaksa untuk mudik, apakah saat sampai di kampung kamu akan tinggal diam di rumah? Tentu tidak, bukan? Kamu pasti akan bersilaturahmi, berkeliling kota kelahiran sambil nostalgia, main ke warnet tempat kalian dulu sering main, dan sebagainya. Belum lagi buat kamu yang harus mudik dengan menggunakan transportasi umum, risiko berdesakan atau berinteraksi dengan orang pasti jauh lebih besar.
Hal itu sama saja melanggar aturan physical distancing atau jaga jarak donk. Padahal, seperti kita ketahui, virus Corona dapat menyebar melalui droplet atau tetesan pernapasan saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin.
3. Dipaksa karantina di rumah angker
Seperti yang sudah disebut di atas, banyak daerah tujuan pemudik yang saat ini menolak para pendatang dengan alasan untuk melindungi warganya. Itu masuk akal. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menolak. Mulai dari hal yang paling ringan yaitu dengan mendata dan memaksa pendatang untuk melakukan isolasi mandiri hingga cara yang paling ekstrem.
Di Jombang dan Boyolali, pemda setempat menyiapkan tempat bekas SD yang terkenal angker untuk karantina pendatang. Di Sragen, sebuah rumah besar nan angker juga jadi destinasi pertama para pendatang.
Ada pula daerah yang “mengancam” para pendatang dengan status orang dalam pengawasan (ODP) dan wajib menghuni tempat karantina yang jadi satu dengan para pasien Covid-19 selama empat belas hari ke depan. Tenang, hanya 14 hari kok. Kamu mau?
4. Fasilitas kesehatan di daerah lebih terbatas
Saat ini, Indonesia fasilitas kesehatan khusus yang memadai untuk menangani pasien Covid-19 sangat minim. Rumah sakit untuk Covid-19 yang dibangun di Pulau Galang pun masih berstatus rumah sakit darurat, seperti halnya Wisma Atlet di Jakarta yang disulap jadi rumah sakit darurat.
Dari fakta itu, bisa dibayangkan jika COVID-19 mewabah di daerah, risiko terlantarnya pasien karena keterbatasan sarana kesehatan pasti akan lebih besar. Sebagai tambahan informasi, menurut data WHO tahun 2017, Indonesia hanya memiliki empat dokter untuk setiap 10.000 orang dan itu terpusat di kota-kota besar. Bagaimana dengan yang di udik? Walahualam…
5. Daerah akan memprioritaskan warganya, daripada pendatang
Ini tentu adalah hal yang wajar. Setiap daerah akan memprioritaskan para warganya, baik untuk bantuan sosial ataupun bantuan kesehatan lainnya, daripada diberikan kepada para pendatang temporal yang pasti akan pergi lagi ke kota besar untuk mencari nafkah.
Hal ini tentu menjadi counter-wacana buat para pemudik yang berpandangan bahwa di kampung halaman mereka akan lebih terjamin daripada kelaparan di Jakarta karena tidak mempunyai pekerjaan. Apakah di daerah mereka akan langsung mendapatkan pekerjaan jika tetap mudik? Apakah di daerah mereka terjamin tetap makan dengan mengandalkan bantuan saudara-saudaranya yang juga mengalami masalah serupa? Belum tentu, bung.
Justru saat ini, di daerah akan lebih berat. Bagaimanapun, bantuan sosial dari pemerintah akan lebih fokus untuk di kota-kota besar. Dana pemda tujuan mudik yang dialokasikan untuk penanganan wabah ini tentu juga lebih kecil dari kota besar dan itupun difokuskan untuk warganya. Untuk pendatang bagaimana? “Ya siapa suruh mudik??”, kata almarhum Mas Didi Kempot.
Di Rumah Aja, Tidak Usah Mudik (Dulu)
Sama hal nya dengan diam di rumah saja, tidak mudik adalah sesuatu yang bisa kamu lakukan sebagai masyarakat untuk ikut andil dalam penanganan pandemi ini. Jika semua orang mematuhi himbauan untuk tidak mudik, maka kita telah terlibat dalam aksi bersama memutus rantai penyebaran virus brengsek ini.
Di rumah bukan berarti kamu tidak bisa ngapa-ngapain selama hari Raya Lebaran kok. Silaturahmi virtual adalah hal paling mudah yang bisa kamu lakukan. Bermain game dengan tema pelesir seperti main Animal Crossing: New Horizons juga dapat mengobati kangenmu lihat pantai atau matahari terbenam saat di udik kok.
Tetap tenang. Kita tidak sendirian. Milyaran orang mengalami hal yang sama saat ini. Solidaritas bisa dilakukan dengan beragam macam, mulai dari membagi bingkisan buat para Ojol, bagi sembako buat para waria dan kaum marginal lainnya (beneran sembako ya – jangan asal prank yang berakhir di penjara), hingga dengan satu langkah mudah: tetap tinggal di rumah. Jangan mudik yang niatnya membawa berkah malah bawa musibah.
Salam gamer sehat!