Timnas Dota 2 Indonesia yang beranggotakan Tri Kuncoro, Muhammad Luthfi, Muhammad Rizky, Rudy Lucky, dan Ramzi Bayhaki di luar dugaan mengalami gangguan koneksi internet sehingga tidak bisa masuk ke lobby game.
Saat itu, segala cara sudah diusahakan tetapi tidak membuahkan hasil. Akhirnya, waktu yang diberikan pihak penyelenggara sudah habis dan mereka dinyatakan kalah karena walk out dari pertandingan.
Kejadian tak menyenangkan ini sedikit banyak berimbas pada performa tim saat pertandingan kedua melawan tim kuat Vietnam. Dalam pertandingan yang diadakan 10 November 2020 lalu, timnas Dota 2 harus mengakui kedigdayaan lawan dan kalah dengan skor telak 9 – 33.
Koneksi Internet Kembali Berulah
Koneksi internet yang tak stabil kembali dialami oleh timnas Indonesia saat melawan Myanmar di pertandingan selanjutnya hari kedua. Bahkan, timnas Indonesia sempat kembali meminta pause karena jaringan internet salah satu pemain sempat terputus, bahkan layar live stream harus diganti menjadi waiting screen.
Kendala tersebut berpengaruh lagi pada permainan sehingga Myanmar mampu mencuri poin sehingga kembali timnas kita harus mengakui tim lawan dengan skor 29-23.
Dari kekalahan beruntun tersebut, Timnas DOTA 2 Indonesia dipastikan tersingkir untuk mewakili regional Asia Tenggara. Dari lima negara Asia Tenggara yang bertanding untung memperebutkan slot 1 dan 2 turnamen tersebut, Indonesia berada di peringkat keempat, di atas Filipina.
Urutan pertama diraih oleh Vietnam, kedua oleh Myanmar, dan ketiga Thailand. Dengan demikian Vietnam dan Myanmar berhak melaju ke di IESF World Championship 2020 di Eilat, Israel, Desember mendatang.
Kondisi Kualitas Internet Indonesia
Tanpa bermaksud menyalahkan pihak-pihak yang terkait dengan kejadian yang kurang mengenakkan tersebut, perlu ditilik lebih lanjut mengenai kualitas internet di Indonesia.
Berdasarkan hasil riset yang dirilis oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) yang dilansir dari kompas.com, kecepatan internet seluler di Indonesia lebih lambat daripada rata-rata kecepatan internet seluler di negara Asia.
Kecepatan download seluler di Indonesia menurut riset EIU adalah 14 Mbps. Sementara angka kecepatan download rata-rata negara Asia adalah di angka 30,9 Mbps. Kecepatan rata-rata upload di Indonesia adalah 10,9 Mbps, sementara kecepatan upload rata-rata negara-negara Asia mencapai 12,9 Mbps.
Alasannya, Mau Cepat Ya Bayar Mahal
Hal ini bisa dianalogikan dengan penumpang kereta. Kalau mau cepat ya pakai kereta eksekutif, bukan kereta ekonomi yang berhenti di setiap stasiun. Pengandaian ini tampaknya bisa disimpulkan dari jawaban perwakilan dari otoritas yang menangani masalah telekomunikasi negeri ini.
Dilansir dari jawapos.com Juni 2020 lalu, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika (PPI) Kementerian Kominfo, Ahmad M Ramli, mengungkapkan, bisa saja kecepatan internet di Indonesia dibuat lebih tinggi. Tapi, kecepatan internet yang tinggi bisa berimbas kepada harga layanan menjadi mahal. Jika mahal, internet dikatakan jadi akan sulit dinikmati semua orang.
Jawaban ini tentu membuka pertanyaan, “Jika masyarakat membutuhkan layanan internet yang cepat dan mau bayar mahal, apakah hal itu bisa diwujudkan?” Pertanyaan selanjutnya, “Apakah intenet di Indonesia cukup murah sehingga pantas memperoleh layanan seperti saat ini?”
Soal tarif internet, pernyataan di atas tentu berbeda dari data yang dikeluarkan CupoNation, penyedia layanan e-commerce, yang menganalisa tarif dan kecepatan internet berbasis fiber beberapa negara di Asia Tenggara. Dari data lembaga ini, Indonesia menjadi negara dengan tarif internet termahal kedua di wilayah Asia Tenggara.
Berikut adalah harga per Mbps di negara Asia Tenggara menurut survei Cuponation:
- Singapura: Rp.325-Rp.628
- Malaysia Rp.677-Rp.8.959
- Thailand Rp.1.080 - Rp 7.487
- Filipina Rp.2.602 - Rp.35.586
- Indonesia Rp 14.895 - Rp 43.500
- Kamboja Rp 18.769 - Rp 70.385
Lalu apakah kedua pertanyaan di atas terjawab? Yang bisa menjawab hal ini tentu saja pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo dan semua lembaga penyedia layanan internet terkait.
Bersabar dan Bersyukur
Lepas dari kebutuhan masyarakat akan internet dan kemampuan penyelenggara layanan internet, hal yang bisa dilakukan sekarang tentu adalah tetap menikmati layanan internet yang ada saat ini. Untuk kebutuhan sehari-hari, tentunya kecepatan rata-rata 14 Mbps masih bisa diandalkan.
Untuk bermain game “casual” pun di ponsel ataupun di PC dengan menggunakan produk gaming Rexus pun kualitas internet yang ada masih bisa diandalkan. Kamu masih bermain dengan layak.
Namun, beda ceritanya jika digunakan untuk bertanding game dalam skala internasional yang sangat menuntut kecepatan dan ketepatan. Dengan kemampuan rata-rata jaringan internet saat ini, tentunya kita masih harus bersabar untuk melihat bakat-bakat game Indonesia makin banyak tampil di turnamen internasional.
Untuk timnas Dota 2 Indonesia, jangan patah semangat! Terus berlatih dan mencapai yang terbaik dalam kondisi apapun. Sekali lagi, dalam kondisi apapun…