25 Oktober 2019 yang lalu, Call of Duty Modern Warfare resmi hadir dalam platform PC, PlayStation 4, dan Xbox One. Diklaim sebagai game paling hits 2019, Call of Duty Modern Warfare menyuguhkan nuansa perang yang langsung menyedot perhatian para gamer. Meski demikian, dilansir dari portal berita BBC, banyak kritikus game dan gamer, terutama gamer dari Rusia, menilai game ini sebagai bentuk propaganda anti-Rusia. Bahkan, menurut media dan gamer Rusia, seri terbaru Call of Duty ini telah memutar balikan sejarah.
Salah satu bagian dalam game tersebut yang menuai kontroversi adalah misi Highway of Death. Pada misi ini, gamer berperan sebagai agen CIA yang diperintahkan untuk melakukan operasi pengintaian di jalan antara Kuwait dan Irak yang bernama Highway 80. Game menjelaskan bahwa sejarah di balik nama jalan tersebut datang dari aksi bombardir tentara Rusia yang terhadap ratusan orang yang melarikan diri. Meski mengklaim bahwa hal itu adalah fiksi belaka, kritikus dan gamer Rusia menilai bahwa hal ini merupakan pemutarbalikan fakta.
Faktanya, di jalan ini, terjadi penyerangan pasukan Amerika Serikat Perang Teluk pada tahun 1990an lalu. Koalisi Amerika Serikat, Kanada, Prancis dan Inggris menyerang pasukan Irak yang mencoba mundur dari Kuwait meski saat itu sedang berlangsung gencatan senjata. Peristiwa ini kemudian dilaporkan sebagai aksi kejahatan perang.
Kritikus dan Gamer Rusia beranggapan pemutarbalikan sejarah tersebut bertujuan untuk memberi kesan jelek pada Rusia. Padahal, pada aksi yang sebenarnya, Rusia sama sekali tidak terkait dengan aksi kejahatan manusia itu.
Karena hal tersebut, Call of Duty Modern Warfare dipandang sebagai propoganda Amerika. Alhasil, skor user game di Metacritic seketika jatuh menjadi 3.4 dari awal rilis. Banyak review negatif bermunculan akibat pemutarbalikan fakta tersebut. Masih menurut BBC, game ini telah ditarik peredarannya secara digital di wilayah Rusia.